Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

PPIC seperti pemain sirkus

Dalam rangka membenahi gudang Perusahaan Manufaktur, sering kali kami berhubungan dengan Departemen PPIC. Seperti yang kita ketahui, tanggung jawab utama PPIC adalah : Menurunkan Order Produksi di dalamnya tercakup : menentukan jadual produksi dan menghitung kebutuhan bahan baku. Di ruangan PPIC sering saya temukan white board lebar, yang menulis rencana produksi, berapa outstanding, realisasi, dsb. Pada saat PPIC mau turunkan Order Produksi/MO/SPK mereka periksa dulu stok bahan baku di komputer mereka, setelah OK, mereka print out Order produksi, berikan ke Departemen Produksi. Kemudian Dept.Produksi meminta bahan baku ke gudang, begitu sampai gudang ternyata stok bahan baku tidak ada/kurang ! PPIC segera mendapat informasi, dan harus mengubah Rencana Produksi, pending Order Produksi tsb, cari prioritas berikutnya, cek stok bhn baku, print out Order produksi. Tapi hal penyimpangan stok di gudang bahan baku bisa terjadi lagi. PPIC sering kaget dan mencoba menggunakan BOM pengganti, ata

Apakah Manager Gudang tahu 10 dus barang hilang kemarin ?

Di hampir semua Perusahaan tiap bulan dilakukan stokopname. Perusahaan-perusahaan yang sudah dapat melakukan stokopname rutin tiap bulan memiliki percaya diri bahwa gudangnya sudah ada di jalan yang benar, Perusahaan yang belum dapat melakukan stokopname secara rutin tiap bulan biasanya mengerti bahwa salah satu penyebab gudangnya masih belum 'rapih' adalah karena belum mampu melakukan stokopname secara rutin. Pertanyaan yang saya ajukan kepada Manager Gudang yang sudah rutin melakukan stokopname tiap bulan : "Apakah Bapak atau Ibu tahu 10 dus barang hilang kemarin ? Apakah harus menunggu stokopname berikutnya baru hal ini dapat diketahui ? Jika selisih stokopname biasa puluhan bahkan ratusan dus tiap bulan, hilang 10 dus kemarin tentu akan sulit diketahui, akan tercampur dengan kesalahan-kesalahan lainnya : salah kirim, tertukar barang, dsb. Beberapa tahun lalu di Harian Pikiran Rakyat, di Bandung, muncul berita di halaman 1: " Perusahaan X, manufaktur sepatu, kehila